Kumpulan peribahasa huruf C

peribahasa merupakan rangkaian suatu kalimat yang bukan makna sebenarnya. Jadi peribahasa bisa dikatakan sebuah bentuk komunikasi yang harus di kaji ulang tentang kandungan makna yang terdapat dalam kalimat tersebut.


Peribahasa bisa juga dikatakan sebagai sebuah istilah, atau bahasa perumpamaan untuk menyatakan sebuah kondisi tertentu. Peribahasa juga banyak terdapat pada campuran bahasa Melayu, bahasa Indonesia dan bahasa daerah-daerah yang berada di Negeri Indonesia.

Nah, bagi Anda yang penasaran akan peribahasa dan makna yang terkandung di dalamnya, silahkan pelajari berbagai istilah yang telah berhasil admin kumpulkan dibawah ini.

"Cacing hendak menjadi naga."

Orang kecil yang hendak menyetarakan diri dengan orang besar.

"Cacing menelan naga."

Anak orang bangsawan yang diperisteri oleh orang kebanyakan/bukan bangsawan, orang berkuasa yang dikalahkan oleh orang kecil/lemah.

"Cakak sudah, silat teringat."

Mengemukakan keterangan setelah perkara diselesaikan. (cakak = kelahi)

"Cakap berdegar-degar, tahi tersangkut di gelegar."

Banyak bicara (sombong) tetapi tidak ada satu pun pekerjaan yang dapat diselesaikannya.

"Cakap berlauk-lauk makan dengan sambal lada."

Cara bicara yang seperti orang kaya, padahal sebenarnya miskin.

"Cakapan sejengkal dibawa sehasta."

Berlebihan.

"Calak-calak ganti asah, menanti tukang belum datang."

Digunakan/dilakoni untuk sementara waktu saja, sementara belum ada yang lebih baik.

"Campak baju nampak kurap seperti anak kacang hantu."

Anak muda yang tidak memelihara/menjaga kehormatan dirinya ataupun kehormatan orang lain.

"Campak bunga dibalas dengan campak tahi."

Kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.

"Canggung seperti antan dicungkilkan duri."

Melakukan suatu pekerjaan yang bukan seharusnya.

"Cari umbut kena buku."

Mencari sesuatu hal yang baik, namun mendapatkan hal yang buruk.

"Carik-carik bulu ayam, lama-lama bercantum juga."

Perselisihan internal keluarga yang akhirnya rujuk kembali.

"Cekarau besar liang."

Orang yang besar bualannya (sombong) dan suka membeberkan rahasia orang lain. (cekarau= sejenis tumbuhan di air yang besar lubang batangnya)

"Cekel berhabis, lapuk berteduh."

Biarpun sifatnya kikir, namun harta kekayaannya akan habis juga pada akhirnya. (cekel = kikir, pelit)

"Cekur jerangau ada lagi di ubun-ubun."

Belum dewasa sudah hendak melawan nasihat orang tua, belum ada pengalaman namun sudah merasa bisa.

"Celaka ayam, padi masak makan ke hutan."

Nasib malang/buruk.

"Celaka tiga belas."

Sangat malang/sial.

"Cembul dengan tutupnya."

Benar-benar sesuai.

"Cempedak berbuah nangka."

Memperoleh hasil lebih dari yang diharapkan.

"Cemperling nak jadi bayu."

Orang kecil/hina yang hendak menyamai orang besar/mulia. (bayu = sejenis burung asmara dalam dongengan)

"Cencang air tidak putus, pancung abu tak berbekas."

Perselisihan internal keluarga yang akhirnya rujuk kembali.

"Cencang dua segeragai."

Sekali kerja, dua-tiga pekerjaan terselesaikan. (geragai = pengait untuk menangkap buaya)

"Cencang putus, biang tembuk."

Keputusan yang bersifat mengikat.

"Cencang terdadek jadi ukir."

Kesalahan yang tidak dilakukan secara disengaja, tetapi akhirnya mendatangkan kebaikan. (terdadek = tersesat)

"Cencaru makan petang."

Pekerjaan yang lambat/lama mendatangkan hasil.

"Cengkeling bagai ular dipukul."

Geliang-geliut/menggeliat karena kesakitan.

"Cepat kaki ringan tangan."

Rajin/giat.

"Cepat tangan terjembakan, cepat kaki terlangkahkan, cepat mulut terkatakan."

Kurang berpikir dalam melakukan suatu perbuatan pada akhirnya bisa mendatangkan kesulitan.

"Cerdik bagai ekor kerbau."

Melakukan suatu pekerjaan yang dapat merugikan diri sendiri.

"Cerdik elang, bingung sikikih, lamun murai terkecoh juga."

Pintar atau bodoh pun orang-orang besar/berkuasa tetap saja pada akhirnya orang-orang kecil yang tidak berkuasa yang menanggung rugi. (sikikih = sejenis burung enggang namun lebih kecil)

"Cerdik perempuan meleburkan, saudagar muda menghutangkan."

Menuruti orang yang belum panjang/baik cara pemikirannya pada akhirnya bisa mendatangkan kesulitan.

"Cermat masa banyak, jimat masa sedikit."

Selalu berhati-hati dalam membelanjakan/menggunakan sesuatu.

"Cik puan melangkah ular tak lepas."

Gerak-gerik perempuan/wanita yang lemah lembut.

"Cincin emas takkan tampan bermata kaca."

Gadis yang elok dan hartawan takkan sejodoh dengan orang yang miskin dan bodoh.

"Cium tapak tangan, berbaukah atau tidak?"

Lihatlah diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencela orang lain.

"Coba-coba menanam mumbang, jika tumbuhan sunting negeri."

Kerjakanlah terus walaupun kurang berharga karena pekerjaan itu pada akhirnya bisa saja memberikan hasil yang baik.

"Condong ditumpil, lemah dianduh."

Memberikan pertolongan kepada orang-orang yang berada dalam kesusahan. (ditumpil = ditunjang)

"Condong yang akan menimpa."

Perbuatan/pekerjaan yang sangat membahayakan.

"Condong yang akan menongkat, rebah yang akan menegakkan."

Pemimpin yang akan membantu atau menjaga rakyatnya saat ada kesusahan yang menimpa rakyatnya itu.

"Corak kain mengikuti kehendak penenunnya."

Undang-undang di setiap negeri tergantung pada keadaan/kondisi pemerintahnya; pengetahuan murid itu tergantung pada ajaran gurunya.

"Cuaca di langit tanda akan panas, gabah di hulu tanda akan hujan."

Barang sesuatu pasti ada tandanya.

"Cubit paha kanan, paha kiri pun merasa juga."

Jika seseorang menyusahkan keluarganya sendiri, maka ia pun akan merasakan kesusahan itu juga.

"Cubit paha sendiri dulu, baru cubit paha orang lain."

Pikirkan tentang diri sendiri dahulu, sebelum melakukan sesuatu terhadap orang lain.

"Cupak berkeesaan."

Keadilan dalam penegakan hukum baru bisa diperoleh apabila sudah cukup mendapatkan keterangan (termasuk proses pemeriksaannya).

"Cupak sudah tertegak, suri sudah terkembang."

Telah lama adat berdiri tentang tiap-tiap pekerjaan yang ada.

"Cupak tegak yang diisi."

Mematuhi aturan yang masih berlaku.

Popular posts from this blog

Kumpulan arti nama Jawa huruf M

Arti kata bahasa Sunda huruf E

Arti kata bahasa Sunda huruf S